ANALISIS NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE
TUGAS KELAS DUA BELASSS
ANALISIS NOVEL
AYAHKU (BUKAN)
PEMBOHONG
KARYA TERE
LIYE
Disusun oleh :
Armilda Mutiara Azzahra
XII MIPA 1
1. Pendahuluan
Penulis
menganalisis novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye karena novel ini
memiliki alur yang mudah diikuti oleh si pembaca. Tere Liye menceritakan
kehidupan sang tokoh mulai dari masa remaja hingga dewasa. Ia pun menggambarkan karakter tokoh utama yang
memiliki sifat yang diajarkan ayahnya walaupun pada akhirnya tokoh utama akan merasa dibohongi
oleh cerita-cerita tersebut. Penggambaran perilaku
tokoh-tokohnya juga begitu menarik membuat pembaca tidak bosan.Selain itu, Tere
Liye juga menyajikan nilai-nilai moral yang dikemas dengan baik yang secara
tidak langsung menginspirasi para pembaca untuk menjadi orang yang berbakti
kepada orang tuanya terutama Ayah.
Novel
ini juga membahas nilai-nilai moral
yang dapat diteladani oleh pembaca dengan melihat perkara dari sudut pandang
yang berbeda dan juga mengupas segala sisi kehidupan anak yang dibesarkan dengan
dongeng-dongeng, tentang
membesarkan anak dengan cara sederhana.Disamping itu, novel
ini membahas tentang kasih sayang keluarga adalah segalanya.
Selain
itu, penulis ingin memperluas pengetahuan dengan membaca novel tersebut yang disajikan oleh pengarang
melalui ceritanya dalam bentuk nilai-nilai kehidupan. Novel ini pun dapat
menambah pemahaman pembaca dari untaian hikmah pada setiap peristiwa yang
terjadi dalam cerita. Cerita ini dapat dijadikan sarana untuk lebih menyayangi
orang tua terutama Ayah.Hal ini untuk
menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Oleh karena itu, penulis
menganalisis novel Ayahku Bukan
Pembohong karyaTere Liye yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di
Jakarta pada tahun 2011 dengan ketebalan 299 halaman.
2. Pembahasan
Sinopsis
Novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye menceritakan tentang seorang anak yang
dibesarkan dengan segala cerita hebat masa muda Ayahnya.Tapi dengan semua itu
lah tumbuh kepribadian yang baik dari diri anak itu. Pengajaran yang sederhana,
namun berdampak besar. Dam mengidolakan Ayahnya karena cerita-cerita itu. Dam
memiliki seorang teman bernama Jarjit
yang kaya raya. Kehidupan masa kecil Dam sering diejek oleh Jarjit, tetapi
Dam selalu mendapat pembelaan dari seorang temannya bernama Taani. Cerita-cerita
Ayahnya berlajut hingga Dam memiliki anak. Hingga akhirnya Dam mengetahui jika
Ayahnya tidak pernah berbohong padanya.
Identitas buku
Judul Buku :
Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis : Tere - Liye
Tahun Terbit : 2011
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman :
299 Halaman
Ukuran Buku : 20 x 13,5 cm
Kepengarangan
Novel
“Ayahku Bukan Pembohong” ditulis oleh Tere Liye. Beliau lahir pada tanggal 21
Mei 1979 di Bandung. Tere Liye berasal dari Sumatera Selatan dan merupakan anak
keenam dari tujuh bersaudara. Nama aslinya adalah Darwis, sedangkan Tere Liye
merupakan nama populernya yang diambil dari bahasa India yang berarti untukmu. Ia merupakan mahasiswa lulusan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Hingga saat ini
Tere Liye telah melahirkan empat belas karya best seller dan diantara karya-karyanya ada beberapa novel yang
difilmkan : Hafalan Shalat Delisa, Bidadari – Bidadari Surga, dan Moga Bunda
Disayang Allah.
Email penulis : darwisdarwis@yahoo.com
Page facebook : Darwis Tere-Liye
Blog : tbodelisa.blogspot.com
Tema
Tarigan berpendapat bahwa tema adalah
pandangan dunia tertentu tentang kehidupan atau satu set tertentu dari
nilai-nilai yang membentuk atau membangun atau gagasan utama dari karya sastra.
(1993:125). Sedangkan Aminudin mengungkapkan bahwa tema adalah ide cerita yang
juga bertindak sebagai awal dasar dalam menggambarkan penulis fiksi yang
diciptanya. (1995:91). Sementara Rusyana memaparkan bahwa tema adalah dasar
atau makna dari sebuah cerita, tema adalah cara hidup tertentu atau perasaan
tertentu yang membentuk dasar dari gagasan utama atau membangun sebuah karya
sastra, dan semua fiksi harus memiliki tema dasar atau yang menargetkan tujuan.
(1988:67). Dan menurut penulis Tema itu adalah inti atau ide dasar cerita, tema
menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia yang menjadi ide dasar
seorang pengarang.
Novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye bertemakan seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng, novel
ini menceritakan tentang anak yang dibesarkan oleh ayahnya dengan cerita-cerita
masa muda ayahnya yang mengesankan.
Kebahagiaan itu sederhana.Dunia anak-anak yang selalu indah dan kasih sayang
keluarga adalah segalanya.Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Hari ini
umurku empat puluh. Sudah dua puluh tahun aku berhenti mempercayai cerita Ayah.
Bukan karena kehilangan semangat untuk mendengarkan kisah-kisah itu, bukan
karena tidak bisa menghargai seorang ayah, tetapi karena aku tahu persis,
ayahku seorang pembohong.” (hal.7)
“Kakek
bahkan bilang padanya kalau dirumah kita ada dua monster yang suka sekali
bermain bola, yang mengidolakan klub terhebat, juga pemain terhebat di dunia.
Dan kalian tahu apa yang si Nomor Sepuluh katakan setelah mendengar itu? Si
Nomor Sepuluh bilang, dia tidak sabar ingin sekali berkunjung meemui kalian.”
Ayah kembali tertawa” (hal.6)
“Malam itu,
hingga dua tahun ke depan, kisah tentang sang Kapten menyingkirkan
cerita-cerita lain. Aku tidak tahu apakah Ayah berbohong atau berkata benar.
Aku masih terlalu kecil untuk menyimpulkan. Aku tersuruk-suruk masuk kedalam
kamar, menatap selintas poster raksasa sang Kapten di dinding...” (hal.17)
“Hentikan omong kosong ini!” aku
berteriak. “Aku tidak pernah percaya cerita-cerita Ayah.Si Raja Tidur itu
dusta, tidak ada satu pun catatan mengenai dirinya. Apel emas, layang-layang
raksasa,itu hanya ada di buku cerita. Dan Ayah mengarang-ngarah dari sana.”
(hal.235)
“Nah, Dam selamat melanjutkan
hidup.Apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa
menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yang menjadi obat. Kau
akan menemukan petualangan hebat berikutnya di luar sana.” (hal.242)
Tokoh dan Penokohan
Menurut Aminudin
tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. (2002: 79). Sedangkan Sudjiman tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam
berbagai peristiwa cerita. (1988: 16). Sedangkan Abrams memaparkan tokoh cerita
merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama
oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. (dalam
Nurgiyantoro1995:165). Menurut Stanton penokohan
dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan melalui jenis tokoh, kualitas tokoh,
bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut jenisnya ada tokoh utama dan tokoh
bawahan.Yang dimaksud dengan tokoh utama ialah tokoh yang aktit pada setiap
peristiwa, sedangkan tokoh utama dalam peristiwa tertentu (1965:17). Dan menurut penulis tokoh adalah
pemeran cerita, sedangkan penokohan adalah cara
pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita.
penokohan ada dua yaitu tokoh antagonis dan protagonis.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye memiliki
tokoh diantaranya :
1.
Dam : Baik, Prasangka, Tegas, penyayang,
Pantang menyerah.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut
“ Kau lulus dari Akademi Gajah. Nilai
sempurna untuk kelas menggambar dan pengetahuan alam.Nilai rata-rata untuk enam
peljaran lainnya, serta nilai cukup untuk kelas memanah, tetapi siapa pula
peduli dengan busur dan anak panah itu. Ah ya, satu lagi, dua penghargaan
tertinggi dari Akademi Gajah. Satu, untuk pencapaian dalam mengembangkan
hubungan baik dengan penduduk perkampungan. Dua, untuk pencapaian dalam
mengembangkan pemahaman hidup yang bersahaja. Hanya ada dua petugas yang
menolak penghargaan ini, petugas perpustakaan dan penjaga pintu gerbang yang
kau tipu pada malam berburu,” Kepala sekolah tertawa.” (hal.241)
“Antrean panjang. Beberapa mahasiswi bergegas
dalam barisan, berkata bahwa kelas segera mulai, dan mereka akan terlambat. Aku
mengangguk, membiarkan mereka menyalipku. Tiga-empat dan semua teman-temannya
tidak sopan menyalip antrean. Aku lebih asyik memperhatikan sekitar. Jurusan
ini berisik sekali, berbeda dengan gedung jurusanku. Wajah mahasiswa jurusanku
tertekuk seperti gambar arsitek.” (hal.244)
“Kau pasti Dam.” Gadis itu sudah
tertawa.“Tidak ada mahasiswa yang akan ringan hati memberikan antrean pada
selusin perempuan yang ketawa-ketiwi, hanya tersenyum saat petugas kantin
bilang tidak ada kembalian, atau sekedar menyerigai datar ketika mejanya
diserobot.Tidak ada orang dengan kebaikan sedetail itu.Kau pasti Dam. Astaga,
kau sekarang terlihat berbeda sekali.” (hal.245)
“Itu memang bukan cerita bohong.” Aku
menggaguk, sepakat. “Tetapi Ayah bisa mengarang-ngarang detail tambahan pada
Zas dan Qon. Entah itu ada babi bersayap atau seekor naga di danau sekolah.”
(hal.278)
Raut muka istriku berubah. “Aku tahu kau
tidak suka cerita-cerita Ayah, Dam. Tetapi tidak bisakah kau berhenti bilang
bahwa cerita-cerita itu bohong? Setiap kali kau melakukannya aku merasa
terganggu. Terlepas dari bohong atau tidak, dan lagi pula itu hanya
dongeng-dongeng biasa, dia tetap ayah kau, Dia juga tetap kakek tersayang Zas
dan Qon. (hal.179)
“Tangan dan kakiku terus mengayuh. Setengah
jam berlalu, satu anak sudah berhenti di ujung kolam tersenggal dan menyerah.
Aku mengertakan gigi. Aku bisa bertahan lebih lama dari itu. Lima belas menit
kemudian, dua anak menyusul meyerah, berengan gontai ke tepi kolam dengan sisa
tenaga. Ayolah, aku membujuk seluruh tubuhku, tinggal satu pesaing lagi,
bertahan sebentar saja dan semua akan berhasil. Aku melirik Ayah yang sudah
berdiri di tribun. Bendera sudah berhenti berkelepak. Air hujan mengalahkan
angin. Butiran hujan, seperti senapan mesin, menembaki dari langit. Aku
menggigit bibir, berusaha menebalkan niat. Aku tidak akan menyerah semudah
itu.” (hal.27)
“Anak
ini boleh jadi memiliki rekor waktu tercepat proses seleksi, tapi kita akan
lihat apakah dia memiliki semangat pantang menyerah yang menjadi mars klub
sejak berdiri. Aku tidak suka memberinya kesempatan kedua, membuang-buang
waktu, tapi kita lihat saja apakah dia memang layak atau tidak. Kau siap, hah?”
pelatih meneriakiku.” (hal.43)
“Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua
ini sepanjang perjalanan.”Nenek itu tertawa renyah, menunjuk-nunjukku, menyuruh
keluarganya menyalamiku.” (hal.172)
“Aku sempat menemani Ibu makan malam di
kamarnya, memijat hingga ia jatuh tertidur. Mematikan lampu, berjinjit keluar.”
(hal175)
“Ayahku bukan pembohong. Seluruh kota tahu
ayahku jujur dan sederhana,” aku menyergah Retro.” (hal.163)
2. Ayah:
Bijaksana, penyabar, peduli, rendah hati.
Hal ini dapat dibuktikan sebagai
berikut.
“Ayah
tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana. Berprasangka
baik ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru dikenal,
menghargai orang lain, kehidupan dan alam sekitar. Itu jalan hidup Ayah. Dan
itu juga yang dipilih hidup Ibu kau. Apakah Ayah dan Ibu kau bahagia? Kalau kau
punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air kebahagian itu akan mengucur
deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk kesedihan karena
cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagian orang lain. Sebaliknya, kebahagiaan
atas gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan
menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.” (hal.294)
“Pulang sekolah, dengan menumpang
angkutan umum, Ayah menjemputku. Ia langsungmengantarku ke klub renang kota
kami.” (hal.22)
“ Bagaimana tahun kedua kau?” Ayah berganti topik
pembicaraan.” (hal.177)
3.
Ibu : Penyayang, peduli, tegas
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Bergegas, Dam. Kau terlambat!” Sambil mengomel, Ibu
memasukan celana dan kacamata renang ke dalam kantong plastik, mencari sepatu,
sekaligus meneriakiku yang masih berkutat memasang seragam sekolah.” (hal 19)
“Kau belum menyisir rambut, Dam!” Ibu berteriak.”
(hal.19)
“Siapa bilang dia boleh makan kue itu? Dia masih dihukum
,” Ibu yang mengiringi langkah Ayah protes.” (hal.38)
4.
Taani : Penyayang, pengertian
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Kaki kau pegal, Dam?” Taani, satu-satunya anak perempuan
di kelas memanggil namaku, mendekati mejaku saat bel istirahat berbunyi.”
(hal.20)
“Ayah
tinggal sendirian, Dam. Tidak ada yang memaksa apakah ayah sudah makan atau
belum, mencuci pakaian, atau membereskan rumah……” (hal. 265)
5.
Jarjit : Baik, Sombong, Suka mengejek
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Paling dua meter,”
Jarjit menjawab mantap, seperti baru tadi pagi saja ia mengukur tinggi badan
bersama-sama sang Kapten di poliklinik.” (hal.21)
“Sepertinya
dugaanku benar, kawan. Rambut jeleknya membuat dia tenggelam…..”(hal. 36)
“Sarapan,
Dam” (hal. 20)
6.
Retro : keras kepala, pengumpat
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
”Aku teman sekamarmu, bagaimana mungkin
namaku tidak ada?” Retro berseru sebal… “Namaku harus ada!” Retro mengancam,
tangannya bergerak cepat, hendak merampas kertas di tanganku.” (hal. 207)
“Kupikir teman semejaku sudab berhasil
membuatnya, rasanya sudah pedas asin. Ternyata keliru, menurut guru itu asin
pedas. Astaga, sejak kapan ada beda antara ikan bumbu pedas asin dan asin
pedas?” (hal. 203)
Alur dan Pengaluran
Tahap
pengaluran
1.
Orientasi /tahap pengenalan
2.
Pemunculan konflik/masalah
3.
Klimaks/komplikasi
4.
Antiklimaks/resolusi
5.
Koda/penyelesaian
Menurut AtarSemi alur adalah
struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi
fugsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan
fiksi.(1988:43-46). Sedangkan Aminuddin berpendapat bahwa alur merupakan
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.(1987:83). Menurut Forster latar
adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita, dimana peristiwa
tersebut sambung sinambung berdasaran hukum sebab-akibat.(1971:93). Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk
karena hubungan sebab-akibat.
Novel
Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye beralur
maju mundur.
Alur
maju dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Malam itu, hingga dua tahun ke
depan, kisah tentang sang Kapten menyingkirkan cerita-cerita lain. Aku tidak
tahu apakah Ayah berbohong atau berkata benar. Aku masih terlalu kecil untuk menyimpulkan.
Aku tersuruk-suruk masuk kedalam kamar, menatap selintas poster raksasa sang
Kapten di dinding...” (hal.17)
Alur
mundur dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Tiga
puluh tahun lalu. “Kau sudah mengantuk, Dam?” Ayah tertawa menatapku. Aku menggeleng
kuat-kuat. Tidak. Aku pasti bisa bertahan menunggu siaran langsung ini. Tadi
pagi, seluruh teman di sekolah sibuk meributkan pertandingan ini, bertengkar
membela klub kesayangan masing-masing. Mula-mula hanya berteriak saling
membanggakan, berdebat, lantas berakhir dengan saling memiting, hingga guru
datang memisahkan kami. Bagaimana mungkin aku tidak menonton? ….” (hal. 8)
Sedangkan pengaluran novel ini progresif
karena cerita dimulai dari tahap pengenalan, pemunculan konflik, klimaks,
antiklimaks dan penyelesaian.
Tahap
pengenalan ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Hari
ini umurku empat puluh. Sudah dua puluh tahun aku berhenti mempercayai cerita
ayah. Bukan karena kehilangan semangat untuk mendengarkan kisah-kisah itu,
bukan karena tidak bisa menghargai seorang Ayah, tetapi karena aku tahu persis,
tidak bisa menghargai seorang pembohong…” (hal.7)
Tahap pemunculan konflik dapat
dilihat dalam kutipan berikut ini
“Hentikan omong kosong ini!” aku
berteriak. “Aku tidak pernah percaya cerita-cerita Ayah. Si Raja Tidur itu
dusta, tidak ada satu pun catatan mengenai dirinya. Apel emas, layang-layang
raksasa,itu hanya ada di buku cerita. Dan Ayah mengarang-ngarang dari sana.”
(hal.235)
“Nah, Dam selamat melanjutkan
hidup.Apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa
menyakitkan atau seberapa membahagiakan, biarkan waktu yang menjadi obat. Kau
akan menemukan petualangan hebat berikutnya di luar sana.” (hal.242)
Tahap
komplikasi dapat dilihat dalam kutipan berikut ini
“Ayah
tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana. Berprasangka
baik ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru dikenal,
menghargai orang lain, kehidupan dan alam sekitar. Itu jalan hidup Ayah. Dan
itu juga yang dipilih hidup Ibu kau. Apakah Ayah dan Ibu kau bahagia? Kalau kau
punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air kebahagian itu akan mengucur
deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk kesedihan karena
cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagian orang lain. Sebaliknya, kebahagiaan
atas gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan
menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.” (hal.294)
“Ayahku pernah ke lembah ini.” Aku membaca lagi
beberapa paragraf, benar, meski hanya membaca sekilas, repot menghalau tangan
Retro. Semua detail cerita yang ada dalam buku tua ini cocok dengan cerita
Ayah. Ini cerita Ayah: Apel Emas Lemah
Bukhara.” (hal. 133)
“Kau yakin Ayah kau pernah ke
lembah itu?” (hal. 141)
“Kalu apel emas itu amat hebat,
tentulah semua orang di dunia tahu, bukan? Berita sepele seperti buah tomat
bengkak saja sampai kemana-mana,” Retro menyebutkan dugaan berikutnya “Tetapi
menurut buku….” “Lantas bagaimana ayah kau tahu? Jangan-jangan dia memang
menga…” Retro buru-buru menutup mulutnya, menyeringai” (hal. 143)
“Tetapi aku membenci Ayah yang yakin
sekali bilang itu kisah nyata. Seolah-olah ia terlibat dalam cerita, menunggang
laying-layang, mengunyah apel emas, atau bersahabat baik dengan sang kapten…”
(hal 165)
Tahap
penyelesaian dapat dilihat dalam kutipan berikut ini
“Kau
sepetinya tidak suka melihat Ayah tinggal di sini, Dam.” Setelah terdiam
sejenak, berusaha mati-matian mengendalikan diri, Ayah menatapku lamat-lamat.
“Ya, aku tidak suka. Kecuali Ayah bilang paa Zas dan Qon bahwa cerita-cerita
itu bohong,” aku berkata tegas, membalas tatapan Ayah. Ayah menggeleng “Aku
tidak berbohong.” “Kalau begitu Ayah tahu risikonya. Ayah harus pergi dari….”
(hal 279)
”Tidak
usah. Aku akan menumpang angkutan umum. Mereka mungkin mau mengantar orang tua
ini sampai ke rumah.” Ayah menggeleng. “Selamat tinggal” (hal 280)
Tahap
koda dapat dilihat dalam kutipan berikut ini
“Pagi
ini Ayah dimakamkan. Aku tidak pernah melihat keramaian seperti ini sebelumnya
di kota, mengalahkan kejuaraan nasional renang, festival kembang api, bahkan
tur sang Kapten dua puluh tahun silam…..” (hal 295)
“Sang Kapten sudah memelukku erat-erat. “Aku
turut berdukacita, Dam. Ayah kau adalah segalanya bagi kapten tua ini. Ayah kau
terlalu sederhana untuk mengakuinya.” Aku balas memeluknya erat-erat, menangis
terisak, Pagi itu aku tahu, Ayah bukan pembohong.” (hal 298)
Latar
Menurut Aminudin latar adalah latar
peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta
mempunyai fungsi fisikal dan fungsi psikologis. (1987: 67). Sedangkan menurut
Tarigan latar merupakan latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam
suatu cerita. (1984 : 136). Menurut Wellek latar merupakan penggambaran
tempat/ruang dan waktu, latar juga sangat erat hubungannya dengan tokoh – tokoh
cerita, karena tentangnya dapat mengekspresikan watak pelaku. (1962: 221). Dan
menurut penulis latar adalah suatu keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana
terjadinya peristiwa atau cerita.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere liye memiliki
latar:
Latar waktu: Dini Hari, Jam, Pagi, siang Sore, dan Malam
Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Aku terlambat setengah jam. Ibu
guru menyuruhku berdiri di pojok kelas…” (hal.20)
“Aku melirik
jam di sudut layar laptop, satu menit lagi pukul sembilan, saatnya menyuruh Zas
dan Qon tidur...” (hal.164)
“ Percuma saja kau tunggu. Malam
ini klub kesayangan kau sepertinya bakal kalah tipis.” Ayah duduk disebelahku,
meletakan segelas cokelat panas.” (hal.8)
“Masih pagi, sekolah belum ramai
saat Taani tergopoh-gopoh datang.” (hal.40)
“Tidur, Dam. Ini sudah pukul tiga
dini hari.” Ibu mendelik(hal.16)
“ Sore hari,
papa dan mama Taani datang, membawa bekal, pakaian ganti, dan selimut. Zas dan
Qon makan dan menumpang mandi di toilet rumah sakit.
Aku masih
menatap lamat-lamat jendela ruang gawat darurat, entah apa yang terjadi di
dalam sana.” (hal.286)
“Pagi ini
Ayah dimakamkan. Aku tidak pernah melihat keramaian seperti sebelumya di kota,
mengalahkan kejuaraan nasional renang, festival kembang api, bahkan tur sang
Kapten dua puluh tahun silam.” (hal.295)
Latar tempat : Ruang Keluarga, Ruang
Kelas, Pemakaman, Kolam Renang, Lobi Sekolah, Perpustakaan.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
“Lima belas detik ruang keluarga
lengang.” (hal.16)
“Aku terlambat setengah jam. Ibu
guru menyuruhku berdiri di pojok kelas…” (hal.20)
“…Si nomor sepuluh tinggal
sepuluh langkah dari pusara ayah” (hal.296)
“Kolam renang kota ramai oleh
anak-anak…” (hal.23)
“Melihat anggota Tim pemburu
memasuki lobi sekolahku benar-benar menghilangkan seleraku” (hal.221)
“Seperti yang kuduga aku akan
menemukan buku itu esok harinya saat aku melanjutkan hukuman membrsihkan
perpustakaan sekolah” (hal.147)
Latar
Suasana : Ramai, Sepi.
Hal
ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Lapangan sekolah
ramai oleh anak-anak yang bermain bola kasti. Tertawa, dan saling kejar dan…”
(hal.21)
“Ruang kerjaku
lengang, menyisakan denging laptop.” (hal. 189)
Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur
isi dalam karya fiksi yang mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan
sopan santun pergaulan yang dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya
(Kenny, 1966: 89 via Nurgiyantoro, 2009: 321).Amanat menurut Siswandarti (2009:
44) adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita, baik
tersurat maupun tersirat.Berdasarkan pengertian tersebut Amanat merupakan pesan
yang dibawa pengarang untuk dihadirkan melalui keterjalinan peristiwa di dalam
cerita agar dapat dijadikan pemikiran maupun bahan perenungan oleh pembaca.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye beramanatkan
janganlah kita berburuk sangka pada seseorang, karena
sesungguhnya apa yang kita lihat itu belum tentu yang sebenarnya kita ketahui.
Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.
“Ayahku
bukan pembohong.Seluruh kota tahu ayahku jujur dan sederhana,” aku menyergah
Retro.” (hal.163)
“Ayah adalah
siapa-siapa, Dam. Bahkan papa Jarjit pernah bilang Ayah adalah orang paling
terhormat dibanding kolega bisnis paling kayanya.” (hal.274)
“ Itu bukan cerita bohong, Dam,”
Ayah menjawab pelan.” (hal 278)
Bahasa
Bahasa
sesuai dengan pendapat Siswandarti (2009: 44) merupakan jenis bahasa yang
dipakai pengarang, sebagai contoh misalnya gaya pop untuk remaja, gaya
komunikatif, atau jenis bahasa yang kaku (seperti pada cerita terjemahan).
Nurgiyantoro (2009: 272) juga berpendapat bahwa bahasa merupakan sarana
pengungkapan yang komunikatif dalam sastra.
Pada
novel juga terdapat cara pengucapan bahasa yang sering disebut gaya bahasa.
Gaya bahasa (style) merupakan cara pengucapan pengarang dalam mengemukakan
sesuatu terhadap pembaca (Ambrams, 1981: 190-1 via Nurgiyantoro, 2009: 276).
Dalam stile juga terdapat beberapa unsur seperti, leksikal, struktur kalimat,
retorika, dan penggunaan kohesi.Berikut penjabaran tentang unsur-unsur tersebut
menurut Nurgiyantoro (2009: 290-309).
Bahasa
yang digunakan dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye dengan
ragam Bahasa Indonesia sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut
ini
“Jelas
sudah, Jarjit membenci kau karena setiap hari dia disbanding-bandingkan dengan
kau. Belum lagi papa Jarjit selalu bilang keluarga kau keluarga terhormat,
keluarga yang baik, menyuruh Jarjit menghargai kau, ayah dan ibu kau seperti
menghargai keluarga sendiri.” (hal.67)
“
Kau pengecut!” Jarjit membentakku, ludahnya muncrat.” (hal.67)
“ Buatku?”
Aku mengernyitkan dahi.” (hal.74)
“
Aku harap kau lolos, Dam.” Jarjit yang berjalan didepanku mendadak berhenti,
menoleh.” (hal.76)
“Tentu
saja. Kau pikir ayahku membuat sendiri surat ini? Mengarang-ngarangnya?” Aku
sedikit tersinggung.”
Majas
Menurut Tarigan gaya
bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu
penggunaan kata-kata dalam
berbicara dan menulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Menurut
Aminuddin mengemukakan bahwa style
atau gaya bahasa merupakan cara yang
digunakan oleh pengarang dalam memeparkan
gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek
yang ingin dicapai
Menurut Luxemburg dkk berpendapat bahwa gaya bahasa merupakan sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Teks pada giliran tertentu dapat berdiri semacam individu yang berbeda dengan individu yang lain. Di dalam novel “Ayahku (bukan) Pembohong” penulis menemuka beberapa majas. Berikut kutipannya.
Menurut Luxemburg dkk berpendapat bahwa gaya bahasa merupakan sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks. Teks pada giliran tertentu dapat berdiri semacam individu yang berbeda dengan individu yang lain. Di dalam novel “Ayahku (bukan) Pembohong” penulis menemuka beberapa majas. Berikut kutipannya.
“Sejak
aku tahu ibu sakit-sakitan, paham bahwa Ibu punya kelainan bawaan yang membuat
ia seperti rumus matematika, sehat tiga-empat bulan, jatuh sakit satu-dua
minggu. Sakit kali ini tidak biasa. Sudah sebulan, ini berarti rekor sakit
terlama” (hal. 174)
“Aku
terbata melakukan apa saja untuk memperbaiki keadaan. Terlambat, perayaan ulang
tahun Ibu hancur berkeping-keping…” (hal. 192)
“Sore itu aku dan Retro menghabiskan waktu luang
dengan berkutat menarik jarring-jaring. Retro tertawa lebar melihat ikan-ikan
itu berlompatan berusaha kabur dari jarring saat berhasil diangkat.” (hal. 203)
“Itulah hakikat sejati kebahagiaan, Dam. Ketika kau
bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata.”
(hal. 292)
Sudut pandang
Menurut Machiavelli sudut pandang adalah sebuah
system yang adalah pada perlindungan kekuasaan pada penguasa dalam wilayah
tertentu. Bisa juga berarti sebuah planning untuk menata wilayah yang
dikuasainya agar jauh lebih baik dari sebelumnya. Menurut Descartes sudut
pandang adalah intisari dan pemikiran seorang manusia dalam merencanakan segala
sesuatu dalam jangka kedepannya dan akan menjadi sebuah rencana yang harus
dilakukan demi mencapai hasil yang diinginkan dan tentunya agar menjadi lebih
baik. Menurut Francis Bacon sudut pandang adalah segala sesuatu yang
digabungkan menjadi sebuah pemikiran yang mendasari sebuah konsep yang telah
disusun dan akan dijalankan menjadi sebuah hasil yang diinginkan. Menurut
penulis, novel “Ayahku (bukan) Pembohong” menggunakan sudut pandang orang
pertama. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Aku tidak pernah
tertarik dengan rak itu, apalagi buku-buku ceritanya. Sekali-dua aku mendengar
Retro tertawa lebar di mea seberang sana, atau Retro diam-diam menyeka jung
matanya, atau Retro yang tiba-tiba memukul mejanya karena terbawa emosi cerita.
Aku hanya menanggapinya dengan berteriak menyuruhnya diam. Ia membuat garis
lengkungku tidak sempurna...’ (hal. 131)
“Aku justru mencemaskan
Ibu. “Aku akan mengirim surat agar Ibu tidak jatuh sakit karena rindu.” Ibu
tersenyum, menyeka ujung mata. “Kau tidak boleh pacaran di sekolah.” Aku
menyeringai lebar. “Ibu lupa, Ibu wanita nomor satu dalam hidupku. Aku tidak
akan pacaran dengan gadis manapun.” Ibu mencubit lembut pipiku.” (hal. 195)
“Hingga hujan reda kami
terus bicara. Percakapan terhenti saat aku teringat harus segera menyerahkan
selusin sketsa desainku. Kami berpisah di depan gedung. Aku tersenyum dari atas
vespa tua. Taani melambaikan tangan. Aku tahu, besok lusa ia akan jadi bagian
hidupku.” (hal. 247)
Unsur Ekstrinsik
(penjelasan)
Nilai Sosial
Menurut Young : menguraikan bahwa nilai sosial
sebagai suatu asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari mana yang benar dan
mana yang penting. Menurut Koentjaraningrat adalah sebuah sistem nilai budaya
memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman tertinggi bagi tingkah laku manusia. Menurut Alvin L Bertrand
adalah nilai
merupakan sebuah kesadaran yang disertai juga dengan emosi yang dimana relatif
cukup lama hilang nya terhadap sebuah gagasan, orang atau pun objek. Novel Ayahku (bukan) Pembohong
memiliki nilai-nilai sosial hal ini dapat dikutipkan sebagai berikut
“Itulah
si Nomor Sepuluh! Ia
berlari-lari kecil mendekat, telunjuknya menunjuk-nunjuk padaku, menggelengkan kepala.
Di belakang Nomor Sepuluh juga tersenyum ramah
idola masa kecilku, sang Kapten....” (hal 296)
“Wade
memeriksa kelengkapan
anggota kelompok, memastikan tidak ada yang tertinggal
atau terluka, mencatat hasil masing-masing.” (hal 222)
Nilai Budaya
Thodorson (dalam Warsito 2012: 98) Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Ketertarikan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relative sangat kuat bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Koentjaraningrat (dalam Warsito 2012 : 99) Nilai budaya adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat dalam hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam mengambil alternative, cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia. Novel Ayahku (bukan) Pembohong memiliki nilai budaya hal ini dapat dikutipkan sebagai berikut
"Sejak kecil,
bahkan sejak aku belum bisa diajak berbicara, Ayah sudah suka bercerita"
(hal.14)
“Ibu berkali-kali minta
maaf pada ibu Jarjit.”
(hal.37)
Nilai Moral
Menurut Hurlock Pengertian moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Novel Ayahku (bukan) Pembohong memiliki nilai moral hal ini dapat dikutipkan sebagai berikut.
"Kita sudah bersepakat. Setengah jam
sudah lewat, saatnya tidur. Kalian tidak akan melanggar kesepakatan kita,
bukan? Atau tidak akan ada lagi orang yang menghormati janji kalian." (hal. 109)
Kelebihan
dan kelemahan
1. Kelebihan
Novel Ayahku (bukan) Pembohong adalah novel pembangun motivasi dan
spiritual yang banyak mengandung unsur dari pengalaman hidup orang tua. Karena
teman novel yang diangkat adalah tentang motivasi untuk kehidupan. Bahwasanya
mencari kebahagiaan dalam hidup itu sederhana, bukan sekedar bergelimahan
harta, emas, dll. Tetapi ketentraman dan kedamaian hidup yang menjadi hakikat
kebahagiaan sejati. Novel ini banyak sekali manfaatnya karena mengandung
nilai-nilai positif yang tertera dalam cerita ini.
2. Kelemahan
Kelemahan novel Ayahku (bukan) Pembohong adalah membuat pembaca atau
penikmat karya agak sulit mengetahui pengaluran cerita karena banyaknya cerita
pengalaman sebagai selingan.
3. Penutup
Kesimpulan
Penulis
menganalisis novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye karena novel ini
memiliki pengaluran yang mudah diikuti oleh si pembaca. Tere Liye menceritakan
kehidupan sang tokoh mulai dari masa remaja hingga dewasa. Ia pun menggambarkan karakter tokoh utama yang
memiliki sifat yang diajarkan ayahnya walaupun pada akhirnya tokoh utama akan merasa dibohongi
oleh cerita-cerita tersebut.. Penggambaran perilaku
tokoh-tokohnya juga begitu menarik membuat pembaca tidak bosan.Selain itu, Tere
Liye juga menyajikan nilai-nilai moral yang dikemas dengan baik yang secara
tidak langsung menginspirasi para pembaca untuk menjadi orang yang berbakti
kepada orang tuanya terutama Ayah. Novel ini memiliki nilai-nilai kehidupan
yang dapat diteladani oleh para pembaca melalui sudut pandang seorang anak
kepada Ayahnya dan seorang Ayah yang mencoba memberikan segala pelajaran yang
terbaik untuk anaknya.
Cerita-cerita
dongeng yang diceritakan secara detail oleh pengarang kadang kala membuat pembaca menjadi agak
sedikit jenuh. Novel yang dikhususkan oleh kalangan remaja ini agar disisipkan
kata-kata yang membuat cerita dongeng tersebut terlihat lebih menarik perhatian
pembaca. Oleh karena itu, pengarang agar menggunakan kata-kata yang lebih
menarik agar tidak terlihat monoton.
terimakasih banyak,sangat membantu :)
BalasHapusterimakasih juga sudah membaca :)
Hapus